Senin, 23 Januari 2012

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER, MENJAWAB MASALAH PENDIDIKAN

Definisi karakter dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, tabiat, watak, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Menurut kamus psikologi, karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang, dan biasanya berkaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap. Kalau menurut Hermawan Kertajaya (2010:3), karakter adalah “ciri khas” yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Dari berbagai pengertian ini dapat kita simpulkan bahwa karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang menjadi pendorong dan penggerak, serta membedakan dengan individu lain. Seseorang dapat dikatakan berkarakter apabila telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat dan digunakan sebagai kekuatan moral dalam hidupnya.

Dalam pendidikan, tentu kita bertujuan menanamkan karakter kepada anak didik. Kemudian bagaimana karakter pelajar di Indonesia secara umum? Ternyata masih banyak kita temui berbagai persoalan pendidikan. Sampai saat ini pembicaraan mengenai moral atau budi pekerti dalam pendidikan menjadi fokus yang menarik. Kenapa demikian? Hal ini disebabkan oleh banyaknya persoalan dan permasalahan sosial dan moral di Indonesia. Berbagai permasalahan sosial dan moral tersebut dapat dikelompokan sebagai berikut :

1.      Dari kalangan Pelajar

Pelajar sebagi generasi penerus bangsa mengalami banyak persoalan dalam lingkungannya. Persoalan tersebut diantaranya adalah meningkatnya dekadensi moral, etika/sopan santun para pelajar, meningkatnya ketidakjujuran pelajar seperti menyontek, suka bolos, suka mengambil barang milik orang lain, kurangnya rasa hormat terhadap orangtua, guru, dan figur-figur yang seharusnya dihormati, timbulnya perilaku yang merusak diri seperti seks bebas, penyalahgunaan narkoba, perilaku bunuh diri.

2.      Dari kalangan orangtua

Orang tua sebagai pendamping pelajar ketika di rumah dan masyarakat, sehingga peran orang tua sangat penting untuk pembentukan moral dan budi pekerti remaja. Namun adakalanya lingkungan rumah dan perilaku orang tua menjadi sumber kerusakan moral dan budi pekerti pelajar. Perilaku orangtua yang dapat memicu degradasi moral pelajar diantarnya adalah tindak kekerassan  orang tua terhadap anak dan anggota keluarga lain, rasa kasih sayang yang rendah antar anggota keluarga, sifat kejam dan bengis, ucapan-ucapan kotor dari orang tua sehingga mudah ditiru oleh anak-anak dan pelajar.

3.      Dari kalangan masyarakat

Masyarakat merupakan lingkungan yang besar bagi pelajar. Masyarakat dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif terhadap pelajar. Pengaruh negatif dari masyarakat yang dapat memicu penurunan moral dan budi pekerti pelajar adalah semakin lunturnya sikap saling hormat-menghormati dan rasa kasih sayang diantara manusia, semakin meningkatnya sifat kejam dan bengis terhadap sesama, tayangan-tayangan yang tidaksesuai moral yang dapat dicontoh oleh pelajar.

4.      Dari kalangan pejabat pemerintah

Pejabat pemerintah menjadi teladan dan contoh untuk kalangan pelajar. Apabila perilaku dan moral pejabat kurang baik, maka akan mudah ditiru oleh kalangan pelajar. Perilaku pejabat yang masih marak di Indonesai antara lain berkembangnya korupsi, kolusi, nepotisme, serta persoalan lainnya yang mengarah pada terjadinya dekadansi moral bangsa.

Berangkat dari berbagai permasalahan di atas, maka banyak pihak mulai berpikir tentang perlunya memasukan pendidikan karakter dan budaya bangsa ke dalam kurikulum sekolah, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Namun demikian, dalam implementasinya, sebaiknya pendidikan karakter dan budaya bangsa ini tidak dibuat dalam mata pelajaran tersendiri, tetapi cukup dengan memberikan penguatan kembali pada masing-masing mata pelajaran yang selama ini dinilai sudah mulai kendur. Misalnya dengan memberi penguat berwujud pujian bagi siswa yang jujur saat ulangan harian, contoh-contoh kompetensi dan kesuksesan wanita di bidang teknik, membiasakan siswa untuk menyapa guru dan teman-temannya ketika berpapasan, dll. Kurikulum yang berlaku saat ini sesungguhnya sudah memasukkan pendidikan karakter dan budaya bangsa, namun sayangnya dalam implementasinya masih kurang efektif. Hal ini disebabkan karena masih banyak kecenderungan lebih mengedepankan materi bahan ajar daripada memadukan dengan nilai-nilai karakter dan budaya yang sesungguhnya bisa diterapkan secara bersamaan.

Mari, kita sebagai guru selalu menanamkan kebiasaan yang memupuk nilai-nilai karakter. Penanaman karakter tersebut dibaurkan dengan penyampaian setiap mata pelajaran. Tujuannya adalah supaya nilai-nilai karakter dapat mengkristal di hati dan perilaku anak didik. (Ratmi Kuswati, S.Pd)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar